Setelah Akauw pergi , Yang Cien juga membuka lembaran kedua dan di situ tertulis bahwa untuk mempelajari ilmu menghimpun tenaga dalam kitab itu dia tidak boleh tergesa- gesa , tidak boleh membuka lembaran berikutnya sebelum mengerti benar dan melatih lembaran pertama . Kalau hal itu di langgar , kalau cara melatihnya tidak menurut aturan yang ditentukan , maka mempelajari ilmu itu dapat membuat dia menjadi gila ! .
Yang Cien bergidik ngeri . Begitu hebatkah ilmu ini ? Di lembar ke tiga di tulis nama dari ilmu itu .
Bu Tek Cin Keng ! Dan lembar berikutnya barulah pelajaran
pertama , yaitu pelajaran cara melatih pernapasan dan bermeditasi . Seketika itu juga Yang Cien mulai berlatih diri menurut petunjuk kitab itu .
Sorenya Akauw datang membawa semua perabot masak , juga pakaian mereka , dan sejak itu , dengan tekunnya Yang Cien berlatih dari Kitab itu dan Akauw melayaninya dengan rajin . dan benar saja baru sebulan dia berlatih diri , dan baru dapat tiga lembar saja , warna hitam di telapak tangannya sudah mulai menipis .
****
Kalau Yang Cien sangat tekun melatih diri dengan pernapasan dan siulan begitu tekun sampai setahun lewat tanpa dia rasakan , adalah Akauw yang mulai uring-uringan karena bosan . Setiap hari dia hanya melihat suhengnya duduk bersila dan melakukan pernapasan yang aneh-aneh , kadang- kadang napasnya bersuara seperti orang mengorok , kadang- kadang seperti kuda meringkik , kadang tidak bersuara sama sekali .
Karena bosan dan iseng , mulailah dia memperhatikan gambar-gambar orang bersilat yang terdapat di dalam dinding itu . maka mulailah dia berlatih silat melalui gambar-gambar , menirukan setiap gerakan . Dasar dia memang berbakat baik sekali , telah memiliki kesigapan alami , maka tidak berapa sukar baginya untuk menirukan jurus-jurus itu . Yang Cien melihat ini dan dia diam saja , dia tahu betapa jemunya sutenya itu berdiam diri saja di tempat itu , setiap hari hanya mempersiapkan segala keperluan untuk dirinya .
Dia amat berterima kasih kepada sutenya yang setia , maka melihat sutenya giat berlatih silat , dia mendiamkan saja . Dan ternyata Akauw mendapatkan kesibukan tersendiri dan dia tekun sekali berlatih .
Setelah mempelajari siu-lan selama dua tahun , pada lembar-lembar berikutnya barulah ternyata olehnya bahwa latihannya itu adalah untuk persiapan mempelajari ilmu silat
yang gambarnya terdapat pada dinding . Ilmu silat yang dilatih oleh sutenya itu ilmu Bu Tek Cin Keng . dan sutenya telah mempelajarinya begitu saja , tanpa petunjuk kitab . Padahal , sutenya sudah melatihnya selama dua tahun , dan agaknya sudah menguasai semua jurus dari Bu Tek Cin Keng .
“ Sute , tahan .... !”
Dia berseru ketika membaca lembaran kitabnya pada bagian itu . “ Sute , engkau tidak boleh melatih ilmu silat itu begitu saja . Harus menurut peraturan yang terdapat dalam kitab ini . Mari ku bacakan .
Dimulai dari jurus pertama dulu , sute . Ketika berdiri tegak dan merangkap kedua tangan depan dada , seluruh hati akan pikiran haruslah di tundukkan kea rah kepasrahan kepada Thian , haruslah kosong dan biar terisi oleh kekuasaan Thian . Selaras dengan bunyi ujar-ujar Thian-beng-ci wi-seng ( Anugerah Tuhan adalah yang dinamakan Aseng ) . Nah , kita mengosongkan hati akal pikiran itu , agar Seng ( watak asli ) kita bangkit , terbebas dari pengaruh segala nafsu , kembali murni seperti aslinya .
Setelah itu , barulah kedua tangan yang di rangkap depan dada itu berpisah , yang kanan menuding keatas , yang kiri ke bawah , yang ini yang dinamakan pisah akan tetapi kumpul , seperti pisahnya bumi dan langit yang sebetulnya tidak pernah berpisah karena memang menjadi satu rangkaian .
Gerakan pertama dari jurus pertama ini dilakukan dengan tarikan napas panjang , menyimpan di perut , baru pada gerakan kedua dihembuskan keluar dan bersuara aaahhhhh , kemudian pada gerakan ke tiga ..... “ .
“ Wah , sudah , sudah . aku menjadi pening , suheng . Kau saja yang mempelajari dari kitab . Aku hanya ingin mempelajari segala gerakannya saja , tidak ingin mempelajari segala artinya . baru satu jurus saja sudah begitu panjang lebar belum juga selesai kau terangkan , bagaimana aku dapat mengerti dan ingat ? Padahal semua ada tiga puluh enam jurus dank au tahu suheng ? Semua jurus itu sudah hafal
olehku . Nah , kau lihat ini ! “ Akauw lalu mulai bersilat , dari jurus pertama sampai selesai tegapuluh enam jurus . Gerakannya gesit bukan main dan ilmu silat itu memang indah sekali seperti orang menari-nari . akan tetapi setelah selesai bersilat , napas Akauw agak memburu dan dia tertawa bergelak-gelak saking girangnya .
Yang Cien mengerutkan alisnya . Dari suara ketawa sutenya itu saja tahulah dia bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam sikap Akauw .
“ Sute , engkau harus taat kepadaku , ingat ? Aku katakana , engkau mulai sekarang tidak boleh memainkan ilmu silat itu , kecuali kalau engkau mau mempelajari dari semual menurut petunjuk kitab ini . Mari kita mempelajari berdua , sute “ .
“ Ah , sudah hafal di mulai lagi dari pertama , untuk apa ? Aha , suheng , agaknya engkau iri kepadaku . Aku sudah hafal semua dan engkau baru mulai dari jurus satu . Suheng , aku sudah jemu di sini . Sekarang setelah tanganmu sembuh , marilah kita pergi dari sini , melanjutkan perjalanan kita “ .
“ Sute , aku ingin mempelajari ilmu silat ini lebih dulu seperti pesan suhu “ .
“ Suhu siapa ?”
“ Suhu Thian Beng Lojin . seperti yang tertulis di dalam kitabnya . Aku harus menaati pesannya , kalau tidak berarti aku bukan seorang murid yang baik . Kalau kakek masih hidup , tentu demikian pula pesannya kepadaku dan kepadamu . Tunggulah sampai aku selesai mempelajari kitab ini , baru kita pergi melanjutkan perjalanan kita , sute “ .
“ Sampai kapan , suheng ?” .
“ Sampai tiga tahun lagi , karena menurut kitab ini , aku harus berlatih selama lima tahun dan ini baru lewat dua tahun “ .
“ Tiga tahun ? Wah , terlalu lama , suheng . Kita pergi
sekarang , kalau engkau tidak mau , biar aku pergi sendiri “ .
Jelas bahwa telah terjadi sesuatu pada diri Akauw , pikir Yang Cien . Apakah ini ada hubungannya dengan melatih ilmu Bu Tek Cin Keng tanpa tuntunan ? Kalau dulu dia pernah menganjurkan sutenya untuk merantau dulu seorang diri , kini dia berbalik malah khawatir .
“ Sute , jangan pergi dulu , tunggu sampai aku selesai melatih ilmu “ .
“ Suheng , aku bukan anak kecil lagi . Suheng juga seringkali mengatakan bahwa aku telah dewasa , usiaku sudah dua puluh satu tahun . Aku sudah mempunyai bekal ilmu yang cukup untuk menjaga diri , dan juga bekal emas yang cukup untuk biaya hidup . Suheng biarlah aku merantau dulu , dan paling lama tiga tahun , sebelum engkau selesai melatih ilmu di sini , aku pasti akan datang menjemputmu “ .
Yang Cien menghela napas panjang . Kalau dia mencegah terus , sutenya bisa menduga bahwa dia terlalu memikirkan diri sendiri . Kini lukanya sudah sembuh , tinggal melatih ilmu saja untuk membuat semua racun lenyap dari tubuhnya . Dia dapat mencari makan sendiri , dapat mengatur keperluan dan memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan sutenya .
“ Baiklah kalau engkau berkeras , sute . Hanya jangan lupa , di dunia banyak sekali terdapat orang jahat . Engkau tentu masih ingat akan semua pelajaran yang kau terima dari kakek atau dariku , dapat membedakan mana baik dan mana jahat . Dan sekali lagi , jangan engkau mudah melibatkan diri dalam perkelahian , dan terutama sekali , jangan membunuh orang tanpa sebab “ .
“ Aku mengerti , suheng . Akan tetapi tentu engkau tidak keberatan kalau aku membunuh orang yang jahat sekali dan yang suka mencelakakan orang , bukan ?” .
Yang Cien menghela napas panjang , teringat akan dasar watak sutenya yang keras . “ Engkau tentu dapat memilih ,
pendeknya , jangan terlalu mudah membunuh orang , kecuali kalau engkau menjadi seorang prajurit yang bekerja untuk sebuah kerajaan . Akan tetapi engkau harus dapat memilih kerajaan macam apa , dibawah raja macam apa engkau mengabdi “ .
“ Jangan khawatir , suheng . Aku tidak akan menjadi seorang prajurit kalau tidak bersama engkau . Nah , aku sudah mempersiapkan segalanya malam tadi , selamat tinggal , suheng , aku berangkat “ .
“ Sute , selamat jalan , jaga dirimu baik-baik , sute “ .
“ Suheng .... !” Akauw menghampiri suhengnya dan merangkulnya . Yang Cien balas merangkul dan saat itu dia merasa betapa sayangnya dia kepada sutenya ini yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri dan betapa besar dan kokoh tubuh sutenya sehingga tidak pantas kalau dia selalu menahan dan menjaganya “ .
“ Sute , pergilah “ .
Dia mengikuti sutenya yang berloncatan dengan sigap sekali di antara batu-batu besar di luar guha . Setelah sutenya pergi , baru dia merasa betapa sepinya hidup ini . Dia merasa kehilangan sekali dan merasa kesepian .
Dalam setiap perpisahan , selalu pihak yang di tinggalkan merasa lebih berat dan kehilangan , seolah-olah dalam hidupnya menjadi tidak lengkap lagi .
Sebaliknya , yang meninggalkan tidaklah begitu merasa berat karena pikirannya penuh dengan hal-hal baru , yang akan dihadapinya dalam perjalanan .
Setelah dapat menentramkan batinnya yang terguncang dan merasa nelangsa di tinggalkan sutenya dan hidup sendiri di tempat terasing itu , mulailah Yang Cien melatih diri dengan ilmu silat yang gambarnya memenuhi dinding , menurut petunjuk dalam kitab . Dan bukan main kagumnya karena dia
54
menemukan ilmu silat yang luar biasa sekali hebatnya . Dan juga menurut petunjuk kitab itu , setiap jurus haruslah digerakkan sesuai dengan peraturan pernapasan dan pencurahan perhatian di tujukan kepada suatu tertentu . Sehingga untuk melatih setiap jurus membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan ! Dan untuk melatih dan menguasai semua tigapuluh enam jurus itu di butuhkan waktu tiga tahun ! Akan tetapi sutenya telah menghafal dan melatih seluruh jurus itu hanya dalam waktu dua tahun .
Ketika sutenya pergi jauh dan dia memeriksa pedang yang berada di atas meja sembahyang , baru dia tahu bahwa sebatang di antara dua batang pedang itu telah lenyap . Sarung pedang itu kini hanya tinggal berisi sebatang pedang saja , yati pedang yang bersinar putih . Sedangkan pedang yang bersinar hitam tidak ada . Pasti sutenya yang membawanya . Pedang hitam itu memang biasa di pakai sutenya untuk berlatih silat .
Ketika dia menemukan kitab Bu-tek Cin-keng , di dekat kitab itu terdapat sepasang pedang itu . Ketika dia dan sutenya memeriksanya , ternyata sepasang pedang itu adalah pedang sinarnya berlainan sama sekali , bahkan berlawanan .
Yang satu bersinar putih dan yang lain bersinar hitam . Namun bentuknya , panjangnya , beratnya sama benar . Dan karena pedang itu di hias ukiran naga , maka mereka berdua sepakat untuk menamakan pedang itu Pek-liong-kiam ( Pedang Naga Putih ) dan Hek-liong-kiam ( Pedang Naga Hitam ) . Ternyata pedang itu terbuat dari logam yang aneh dan kuat bukan main . Batu karang saja dengan mudah terbelah oleh pedang-pedang itu .
Begitu melihat pedang itu , Akauw sudah merasa sangat suka kepada pedang yang hitam . Warna hitamnya seperti arang dan kalau di gerakkan dengan pengerahan tenaga sin- kang , pedang itu mengeluarkan suara mengaum seperti singa . Akauw selalu berlatih dengan pedang ini dan seringkali
55
membawanya kalau dia keluar guha untuk melindungi dirinya .
Yang Cien tidak merasa aneh kalau sutenya membawa pedang Naga Hitam itu pergi . Bahkan dia tadi lupa , kalau tidak tentu diapun mengusulkan agar sutenya membawa pedang hitam itu . akan tetapi yang membuat dia merasa sayang , kenapa sutenya tidak bilang kepadanya . Padahal kalau mengatakan , tentu saja dia membolehkannya .
Bagi Yang Cien , dia merasa lebih cocok dengan pedang Naga Putih . Pedang itu kalau di gerakkan mengeluarkan suara nyaring melengking seperti suara burung hong betina . Dan ilmu Bu-tek Cin-keng ternyata merupakan ilmu silat yang serba cocok untuk memainkannya dengan atau tanpa senjata . memang pada gambar-gambar itu , orangnya bersilat dengan tangan kosong , namun bagi orang yang sudah menguasai dasar-dasar ilmu pedang , maka dengan sedikit perkembangan , ilmu silat itu cocok sekali untuk di jadikan ilmu silat pedang .
Maka , sambil melatih ilmu tangan kosong dari Bu-tek Cin-keng , Yang Cien kadang juga melakukan gerakan-gerakan itu dengan Pedang Naga Putih dan merangkai sebuah ilmu silat Pedang yang dia namakan Pek Liong Kiam-sut ( Ilmu Pedang Naga Putih ) ! .
Lanjut ke bagian ( 12 )