Akan tetapi , biarpun amat ketakutan , anak itu menggerakkan kaki tangannya , meronta dari pelukan air dan ........ tubuhnya tidak jadi tenggelam , melainkan mengapung ke permukaan airnya . Hanya akal budinya sebagai manusia yang memberitahu kepadanya bahwa dengan menggerakkan kaki tangannya , dia tidak tenggelam dan demikianlah , dia malah bermain-main di air itu dan merasa tubuhnya segar dan nyaman sekali .
Semenjak peristiwa itu anak itu sering kali terjun ke air dan berenang kian kemari , membuat para kera itu tertegun kagum dan juga kuatir . Namun , setiap mahluk , setiap tumbuh-tumbuhan , semua
bertumbuh sesuai dengan kodratnya . Walaupun lingkungan mempengaruhi dan membentuk wataknya , seperti anak itu yang wataknya menjadi mirip watak kera , namun dia tetap saja seorang manusia . Oleh teman-temannya kera-kera muda , anak itu di “ panggil “ dengan nama kercak .
Kercak si kera putih tanpa bulu ini tetap saja seorang manusia yang lain sama sekali daripada kera itu . Dia menyadari hal ini , kadang dia merasa malu melihat keadaan tubuhnya yang tidak berbulu itu . Pernah dia melumuri dirinya dengan Lumpur agar agak sama dengan kawan-kawannya . Akan tetapi setelah Lumpur itu mongering , dia merasa tidak enak sekali dan pergi berenang untuk membersihkan dirinya lagi .
Selain itu , Kercak juga memiliki rasa keadilan yang tidak dimiliki teman-temannya . Kalau ada kera nakal merebut makanan dari kera lain , dia tentu membela kera yang makanannya di rebut itu dan dalam setiap pergulatan , dia selalu keluar sebagai pemenang . Kalau kera-kera itu hanya bisa mencakar dan menggigit , maka kercak dapat memukul dan menendang , juga menggigit .
Pada suatu pagi , dia melihat seekor kera besar mengejar- ngejar para kera muda dan merampas buah-buahan mereka .
Kercak melihat ini menjadi marah dan dia menggereng seperti kera marah . Kera besar itu membalik dan menyerangnya . Kercak agaknya maklum bahwa kalau berkelahi di pohon , dia akan kalah karena gerakannya tidaklah segesit kera , maka dia lalu mengayun dirinya turun , dikejar oleh kera besar . Setelah keduanya berpijak di tanah , barulah Kercak melakukan perlawanan .
Kera besar itu kuat bukan main . Beberapa kali Kercak melawan terus , memukul dan menendangi dan akhirnya kera besar itu berhasil di usirnya dan kera itu berteriak-teriak sambil lari terpincang-pincang . Sejak itu , Kercak di anggap jagoan dan pemimpin para kera muda . Biarpun dia menang , akan tetapi Kercak harus rebah sampai dua hari karena menderita sakit-sakit oleh gigitan dan bantingan kera besar itu
.
Dalam usia sepuluh tahun Kercak telah menjadi pemimpin
para kera yang ditakuti . Tidak seperti para pemimpin kera
lainnnya , biarpun dia di anggap jagoan , Kercak tidak pernah
merampas makanan kera lain , juga tidakpernah mengganggu
kera-kera kecil atau kera-kera betina . Hal ini bahkan
membuat kera itu tunduk kepadanya.
Pada suatu pagi , rombongan kera yang di kepalai Kercak
tiba di tempat dimana dulu Lan Si dan si muka hitam tewas .
Kini tinggal tulang belulang saja yang masih ada . Dengan
heran Kercak menghampiri kerangka itu dan tertarik melihat
benda yang berkilauan .
Benda itu adalah sebuah kalung emasyang tergantung di leher kerangka yang lebih kecil . Diambilnya kalung emas itu dan seperti nalurinya memberitahu , kalung itu dia pakai di lehernya , dikalungkan
dikepalanya dan tergantung dileher .
Dia senang sekali . Kemudian , dia melihat benda lain yang berkilauan , yaitu sebatang golong milik si muka hitam . Kalau kera lain tidak berani menyentuhnya , Kercak mengambilnya dan bermain-main dengan golok itu sampai golok itu menggores lengan kirinya .
Dia menjerit dan melepaskan golok itu , lalu melarikan diri dengan lengan kiri berdarah . Cepat di hisapnya luka pada lengannya , seperti yang biasa dilakukan pada kera kalau menderita luka dan segera dia mencari getah pohon Liu liar di dalam hutan untuk mengobati lukanya . Dalam beberapa hari saja luka itu sembuh .
Mula-mula , dia takut melihat golok itu . Akan tetapi akal budinya sebagai sebagai manusia membuat dia memberanikan diri mendekat , dan menyentuh sambil ancang-ancang untuk lari apabila benda itu “ menggigitnya “ lagi . Akan tetapi benda itu diam tidak bergerak . Lalu di ambil , di pegang pada
gagangnya . Diayunnya benda itu kea rah sebatang pohon dan batang pohon itu terbacok , terbelah dan tumbang ! Dia terkejut akan tetapi juga girang sekali .
Pada saat itu , terdengar kera-kera menjerit-jerit . Kercak terkejut dan cepat berlari kea rah suara . Dan dia melihat seekor kera dibelit seekor ular sebesar pahanya . Kera itu tidak berdaya , mencicit cicit dank era-kera lain hanya dapat menjerit-jerit ketakutan .
Melihat seorang kawannya dalam bahaya , Kercak segera melompat dekat dan dia teringat akan golok yang masih terpegang di tangannya dan batang pohon yang terpotong oleh goloknya . Maka , cepat diangkatnya golok itu . Ular yang melihat Kercak berani mendekati , lalu mengangkat kepalanya
dan hendak menyerang . Akan tetapi Kercak menggerakkan goloknya dengan kekuatan penuh dan leher itupun putus ! Libatannya terhadap kera tadipun melonggar sehingga kera itu dapat melompat dan melarikan diri sambil menjerit-jerit .
Kercak sendiri melompat menjauhi , akan tetapi dia memandang dengan hati gembira melihat hasil babatan goloknya . Ular itu mati seketika dengan leher putus ! . Semenjak peristiwa itu , Kercak makin di takuti semua kera , apalagi kemana-mana dia membawa goloknya yang tajam . Dan kini seolah menjadi raja tak bermahkota . Raja Kera ! .
*****
Seperti diceritakan dibagian depan , pada waktu itu keadaan Negara amat kacau balau . Banyak raja muda berdiri sendiri dan terjadilah perebutan kekuasaan yang tak kunjung henti .
Di tambah lagi dengan penyerbuan Bangsa Toba dan sekutunya dari barat dan utara sehingga pemerintah yang berkuasa di daerah-daerah tidak sempat melakukan penjagaan keamanan terhadap kehidupan rakyatnya . Karena itu , maka rakyat berusaha sendiri untuk melindungi diri dan hamper setiap orang belajar silat untuk menjada dan melindungi keluarga masing-masing . Partai-partai dan kelompok- kelompok persilatan berdiri untuk melindungi anggota masing- masing . Perusahaan – perusahaan pengawalan barang dan orang juga didirikan kaum persilatan di kota besar . Hukum rimba berlaku dimana-mana dan orang mengandalkan kekuatan sendiri untuk hidup . Pemerintah daerah tidak dapat diandalkan karena pemerintah sibuk dengan urusan sendiri , perebutan kekuasaan dengan daerah-daerah lain .
Pada suatu pagi , serombongan terdiri dari selusin orang memasuki Lembah iblis dengan membawa bermacam barang , buntalan kain-kain dan peti-peti barang . Mereka adalah sekelompok perampok yang baru saja berhasil menghadang serombongan pedagang yang dikawal membawa barang- barang dagangan dan merampas barang dagangan itu , lalu mengerahkan kawan-kawan mereka melakukan pengejaran sehingga para perampok itu nekat memasuki Lembah Iblis untuk menyelamatkan diri dari pengejaran banyak orang .
Akan tetapi pihak pengejar , para piauwsu ( pengawal barang ) itu , yang bertanggung jawab atas kehilangan barang-barang , melakukan pengejaran terus memasuki lembah yang di takuti itu . Jumlah mereka ada tigapuluh orang maka mereka menjadi berani .
Ketika rombongan perampok itu tiba di tengah hutan lebat , para pengejar dapat menyusul mereka dan karena tidak mungkin melarikan diri lagi , kepala perampok itu memberi aba-aba kepada anak buahnya untuk melakukan perlawanan mati-matian . Terjadilah pertempuran yang tidak seimbang antara dua belas orang perampok melawan tigapuluh orang piauwsu yang rata-rata memiliki ilmu silat yang lumayan itu .
Para perampok itu mencoba untuk melakukan perlawanan mati-matian, bukan untuk mempertahankan barang rampokan lagi , melainkan untuk mempertahankan nyawa . Namun , terjadilah pembantaian ketika tigapuluh orang piauwsu itu mengepung dan mengeroyok dan seorang demi seorang para perampok itu terbantai , roboh bergelimpangan dan berlumuran darah . Para piauwsu yang marah itu membunuh semua perampok dan setelah mengambil semua barang rampokan itu , mereka lalu meninggalkan tempat itu dengan girang , penuh kemenangan .
Banyak pasang mata menonton pertempuran itu . Mereka adalah para kera yang ketakutan dan menonton dari pohon- pohon yang tinggi . Diantara mereka adalah Kercak . Anak sepuluh tahun ini menonton dengan penuh perhatian , dengan jantung berdebar tegang dan aneh , tangan memegang golok dan matanya tidak pernah berkedip . Dia melihat mahluk yang seperti dia , kera-kera yang tidak berbulu , bertempur , menggunakan bermacam senjata , banyak pula yang memakai senjata seperti miliknya , saling bunuh memperebutkan barang-barang aneh . Dan semua kera berkulit halus itu menutupi tubuh mereka dengan semacam pembungkus !
Setelah pertempuran selesai , semua orang yang menang bertempur pergi meninggalkan sepuluh orang yang sudah menggeletak mandi darah , Kercak turun dari atas pohon , diikuti beberapa ekor kera besar yang masih takut-takut .
Yang menarik perhatian Kercak adalah senjata-senjata itu .Dia berganti-ganti memungut pedang , tombak , ruyung , akan tetapi semua di buangnya kembali dan dia merasa bahwa semua barang itu tidak ada yang lebih baik daripada golok yang dipegangnya . Lalu dia meraba-raba pakaian mereka . Ketika dia meraba seorang yang bertubuh tinggi kurus , orang itu bergerak sehingga dia terkejut , melompat jauh ke belakang dan siap dengan golok di tangan . - Bersambung Bagian 4