“ Mengubur mayar adalah menanam mayat itu dibawah
tanah , memasukkan kedalam galian dan menimbuni dengan tanah agar tidak membusuk dan tidak di makan binatang buas “ .
Akauw mengangguk-angguk . “ Akan tetapi , Aki dahulu menyuruh aku membuang mayat-mayat itu ke dalam jurang . Dan dia tadi menyuruhku melompat ke dalam jurang pula “ .
“ Itu jahat sekali , Akauw . Kalau orang mati haruslah dikubur , kalau tidak mayatnya akan dimakan oleh binatang buas dan membusuk , mendatangkan penyakit disekitarnya “ .
Akauw mengangguk-angguk mengerti lalu dengan tekun dia membantu mereka menggali lubang . Setelah cukup dalam , jenazah itu dimasukkan dalam lubang dan di timbuni tanah , barulah kakek itu mengajak cucunya dan Akauw duduk dibawah pohon tempat tinggal Akauw .
“ Akauw , perkenalkanlah . Aku adalah Yang Kok It dan ini cucuku bernama Yang Cien . Kami kakek dan cucu baru saja memasuki daerah ini dan tidak mengenal jalan di tempat yang amat liar ini .
Tadi kami melihat betapa orang yang kau sebut Aki itu hendak membunuhmu , maka kami turun tangan menolongmu .
Sebetulnya siapakah engkau ? Dimana rumahmu dan siapa pula orang tuamu ?” kakek itu dan cucunya memandang penuh perhatian .
Sebelum menjawab Akauw memperhatikan kedua orang itu . Yang Kok It seorang kakek tua sekali dengan pakaian sastrawan , kurus tinggi dan nampak lemah , sedangkan Yang Cien adalah seorang pemuda remaja yang sebaya dengannya , bertubuh tinggi tegap dan berwajah tampan . Pakaiannya juga seperti seorang sastrawan , dan pandang matanya tajam sekali . “ Namaku Akauw , dan rumahku di sana “ . Dia menunjuk
25
ke atas pohon besar itu dimana terdapat sebuah gubuk dari ranting dan daun kering , seperti sarang burung yang besar sekali . “ Orang tuaku ? Aku tidak tahu siapa orang tuaku . Aku di besarkan di sini , di antara kera-kera itu dan setelah Aki tiba di sini , barulah aku di ajari bicara oleh Aki , memakai pakaian dan banyak hal lain “ .
Kakek dan cucunya itu saling pandang , merasa aneh bahwa ada anak hidup di antara kera dan sekarang gerak- geriknya , kegesitannya , masih seperti kera .
“ Siapa yang memberi nama Akauw itu ?” .
“ Juga Aki , sebelum dia datang , kera-kera itu menyebut namaku Kercak “ .
Ketika mengucapkan kata Kercak itu , dia persis monyet mengeluarkan suara mirip suara Kercak .
Kakek itu melihat kalung di leher Akauw , dan melihat betapa kalung itu terukir dengan huruf Cian . “ Ku kira orang tuamu bermarga Cian , Akauw dan tentu namamu yang lengkap Cian Kauw “ .
Dia tidak mengatakan bahwa Aki menyebutnya Akauw karena dia di anggap monyet atau sebangsa kera . Kauw berarti kera .
“ Aku tidak tahu , aku menemukan benda ini di antara tulang-tulang manusia “ .
“ Dan bagaimana datangnya Aki itu ke sini ? Apakah dia mengatakan siapa dirinya dan darimana dia datang ?”
“ Tidakpernah . Dia datang bersama belasan orang , lalu diserang oleh puluhan orang . Semua temannya mati dan dia terluka berat . Aku merawatnya sampai dia sembuh dan selanjutnya dia tinggal di sini bersamaku “ .
“ Kapan terjadinya itu ?”
“ Kurang lebih tiga empat tahun yang lalu “ .
Biarpun cara bicara Akauw kagok dan tidak beraturan , namun cukup jelas dan dapat dimengerti .
“ Dan kau bilang tadi mayat-mayat semua temannya itu tidak di kubur melainkan dibuang ke dalam jurang ?” .
“ Ya , Aki yang menyuruh demikian “ .
Dari penuturan ini saja kakek itu sudah dapat menduga bahwa Aki itu bukan orang baik-baik , seperti kemudian ternyata betapa dia hendak membunuh Akauw yang pernah merawatnya ketika dia terluka .
“ Akauw ,kami berdua ingin tinggal di tempat ini bersamamu . Apakah engkau menyetujui ?” .
Akauw memandang kepada kakek itu , lalu kepada Yang Cien .
“ Apakah engkau tidak akan berbuat jahat seperti Aki ?” tanyanya meragu .
“ Tentu saja tidak , Akauw . Ketahuilah bahwa di dunia ini memang banyak sekali orang jahat , akan tetapi kami selalu menentang kejahatan . Bahkan kami sembunyi dan hendak tinggal di sini adalah karena kami dikejar-kejar orang jahat . Kami akan tinggal di sini bersamamu , menjadi sahabatmu , bahkan kalau kau suka , engkau boleh memanggil aku kakek dan engkau menjadi cucuku , menjadi saudara Yang Cien . Maukah engkau ?” .
Akauw tersenyum . Dari wajah kedua orang ini saja , nalurinya mengatakan bahwa wajah mereka sama sekali berbeda dari wajah Aki . Sinar mata Aki liar dank eras , sedangkan kedua orang ini bersinar mata lembut dan tajam . “ Aku mau ,kakek . Dan Yang Cien menjadi kakakku “ .
Demikianlah , sejak hari itu , kakek Yang Kok It dan cucunya , Yang Cien , tinggal di situ bersama Akauw yang nama lengkapnya Cian Kauw Cu atau nama monyetnya Kercak . Kakek itu merasa tidak ada gunanya menceritakan tentang
27
riwayat dia dan cucunya kepada Akauw , karena pemuda yang peradabannya sangat terbelakang itu tentu tidak akan mengerti .
Sesungguhnya Yang Kok It adalah bekas jendral yang sudah mengundurkan diri karena sudah tua . Puteranya yang bernama Yang Koan mewarisi kepandaiannya , baik kepandaian silat , ilmu pedang maupun kesusastraaan dan seperti juga ayahnya , Yang Koan ikut membela Negara dari serbuan para suku Toba dari barat dan utara . Sebagai seorang panglima , Yang Koan amat tangguh dan besar jasanya . Akan tetapi diapun seorang pemberani jujur dan adil . Seringkali , kalau dia melihat rekannya menyeleweng , berkoropsi atau melakukan penindasan terhadap rakyat mengandalkan kekuasaanya , dia akan menentangnya .
Dengan ilmunya yang tinggi dan kedudukannya yang cukup berwibawa , dia merobohkan banyak pejabat tinggi yang menyalah-gunakan kewenangan dan kekuasaannya . Dengan demikian , dia mempunyai banyak musuh .
Pada suatu hari , rumah penglima Yang Koan di kepung orang-orang berkedok yang berilmu tinggi dan mereka itu mengahncurkan rumah , membakar dan membunuh .
Yang Koan dan isterinya melawan mati-matian namun karena banyaknya pihak pengeroyok , akhirnya setelah merobohkan banyak pengeroyok , suami isteri inipun roboh dan tewas .
Untung sekali bagi Yang Cien yang berusia sepuluh tahun , ketika penyerbuan terjadi , dia sedang berada di rumah kakeknya . Seorang anak buah ayahnya berlari memberi kabar tentang penyerbuan itu dan Yang Kok It maklum bahwa nyawa cucunya berada di dalam bahaya . Maka , diapun mengajak cucunya untuk melarikan diri .
Memang benar dugaanya , pihak musuh , yaitu mereka yang bekas pejabat dan mendendam kepada Yang Koan ,
28
melakukan pengejaran dan pencarian . Banyak jagoan di sebar untuk mencari dimana adanya kakek dan cucunya itu sehingga kakek Yang Kok It yang sudah tua itu terpaksa harus lari ke sana kemari , berpindah-pindah tempat dan berganti nama untuk menyingkir dari pengejaran musuh-musuhnya . Sementara itu , tak lupa kakek itu melatih Yang Cien dengan ilmu silat dan ilmu sastra . Dalam kedua ilmu ini , ternyata Yang Cien berbakat sekali sehingga dia memperoleh banyak kemajuan “ .
“ Kong-kong “ , kata Yang Cien ketika dia berusia empat belas tahun dan sudah tahu akan keadaan mereka yang dikejar-kejar musuh . “ Sungguh tidak enak kalau kita harus berpindah-pindah dan melarikan diri . Hidup ini rasanya tidak tenang selalu . Kenapa kita berdua tidak menanti sampai mereka datang dan melawan merwka saja , kong-kong ?” .
Kakeknya menghela napas panjang . “ Semangatmu untuk melawan itu memang baik sekali , Yang Cien . Akan tetapi kalau hanya dengan semangat dan keberanian saja , maka akhirnya akan mati konyol . Tidak , engkau harus tetap hidup untuk melanjutkan cita-cita ayahmu yang ingin mempersatukan seluruh negeri dan mengusir bangsa Toba dari tanah air “ .
“ Hemmm , engkau tidak tahu . Musuh ayahmu banyak sekali dan musuh utamanya adalah Bong Ji Kun , bekas menteri yang dipecat oleh Raja karena koropsinya di bongkar ayahmu . Bong Ji Kun itu kaya raya dan mampu membayar jagoan yang berilmu tinggi dengan upah besar . Menurut kabar terakhir , dia telah berhasil membujuk Toat Beng Giam Ong untuk melakukan pengejaran terhadap kita dan untuk melawan Toat-beng Giam Ong , tenaga kita tidak akan mampu . Dahulupun ketika aku masih kuat dan muda , belum tentu aku mampu menandingi Toat-beng Giam-ong ( Malaikat Maut pencabut nyawa ) , apalagi sekarang aku sudah tua “ .
“ Kalau kita berdua mengeroyoknya , apakah kita tidak
29
akan mampu mengalahkannya , kek ?” .
“ Aih , kita berdua juga tidak akan menang . Apalagi , datuk sesat itu tentu memiliki banyak anak buah . Sudahlah , hilangkan pikiranmu yang hendak melakukan perlawanan kepada para pengejar dan pencari kita “ .
“ Akan tetapi aku sudah bosan berlari-lari seperti ini . Bagaimana kalau kita mencari tempat yang sepi , yang rahasia , yang tidak akan lagi di datangi orang ? Disana kita dapat hidup tenang dan aku dapat mempelajari dan memperdalam ilmu silatku tanpa gangguan “ .
“ Tempat tersembunyi dan rahasia yang tidak akan di datangi orang ? Ahhh , aku jadi teringat akan sebuah tempat yang ku rasa cocok dengan yang kau maksuditu , Yang Cien . Akan tetapi kurasa tempat itu juga mengandung bahaya , walaupun bahayanya lain dari bahaya pengejaran musuh- musuh kita “ .
“ Dimana tempat itu , kong-kong ?”
“ Sebetulnya sudah tidak jauh lagi dari sini , di sebuah puncak di antara puncak-puncak yang banyak terdapat di Thaisan , yang berada dibawah puncak itu dan di sebut Lembah Iblis “ .
“ Lembah Iblis ? “ Yang Cien bertanya heran . “ Kenapa disebut Lembah Iblis ?” .
“ Entahlah , sudah ratusan tahun lamanya lembah itu di sebut Lembah Iblis dan menurut kepercayaan orang di situ , memang tempat tinggal iblis dan setan sehingga tidak pernah ada orang berani naik ke sana . Bahkan seorang kangouw sekalipun akan berpikir seratus kali lebih dulu sebelum berani naik ke sana . Hutannya lebat , binatang hutannya banyak dan buas “ .
“ Ah , agaknya baik sekali untuk kita bersembunyi , Kek . Aku lebih senang menghadapi ancaman binatang buas atau iblis sekalipun dari pada ancaman pengejaran yang tidak ada hentinya selama empat tahun ini “ .
Demikianlah , untuk menghindari pengejaran Toat-beng Giam-ong Lui Tat dan anak buahnya , kakek Yang kok It akhirnya menuruti permintaan Yang Cien dan mereka masuk ke Lembah Iblis . Dan ketika mereka menyusup-nyusup ke dalam hutan lebat itulah mereka melihat betapa Akauw akan di bunuh oleh Boan Ki .
Akan tetapi , semua ini tidak diceritakannya kepada Akauw . Dan sejak hari itu , kakek dan cucunya menjadi pengganti Boan Ki , tinggal bersama Akauw .
Sungguh hal ini amat menguntungkan Akauw , karena barulah dia tahu bahwa bangsanya ada yang berwatak baik sekali seperti kakek dan cucunya ini .
Bersambung Bagian 7