Akan tetapi , semua ini tidak diceritakannya kepada Akauw . Dan sejak hari itu , kakek dan cucunya menjadi pengganti Boan Ki , tinggal bersama Akauw .
Sungguh hal ini amat menguntungkan Akauw , karena barulah dia tahu bahwa bangsanya ada yang berwatak baik sekali seperti kakek dan cucunya ini .
Mereka mengajarkan dia sehingga bahasanya menjadi semakin teratur dan semakin lengkap . Bahkan kakek Yang Kok It yang melihat tenaga alam yang ada pada tubuh Akauw , cekatan dan kuat seperti kera besar , lalu dia mulai mengajarkan ilmu silat kepada Akauw . Dan ketika dia mengajarkan Kauw-kun ( Silat Monyet ) kepadanya , Akauw dapat melakukan nya dengan baik sekali , bahkan lebih baik dari kakek itu sendiri ! Dan memang gerakan-gerakan silat ini inti sarinya atau dasarnya di ambil dari gerakan seekor monyet , sudah dimiliki oleh Akauw . Bahkan Yang Cien sendiri yang sudah belajar sejak kecil , tidak mungkin dapat menandingi Akauw dalam hal kegesitan dan tenaga otot .
Setelah hidup bersama kakek dan cucu ini , Akauw mempelajari banyak tata cara kehidupan manusia dan sopan santun . Banyak pula tahu tentang kesusilaan . Hanya satu hal yang tidak di sukai Akauw , yaitu belajar membaca . Dia merasa sukar sekali dan akhirnya dia menolak untuk belajar membaca dan menulis . Dianggapnya pelajaran itu terlalu mengikat dan memaksa dia mengingat-ingat terus sampai kepalanya terasa puyeng ! .
Dari Yang Cien , dia dapat mendengar banyak tentang kehidupan bangsanya , bangsa manusia , di kota-kota besar . Di gambarkan oleh Yang Cien tentang rumah-rumah , tentang pakaian yang indah-indah dan lain-lain dan semua itu amat menarik perhatian Akauw . Biarpun dia lebih banyak bergaul dengan Yang Cien , namun dia tidak pernah melupakan kawan-kawan keranya .
Yang Cien sampai melongo terheran-heran melihat Akauw bergelut dan bermain-main dengan para kera itu jauh tinggi di atas pohon , berayun-ayun , berlompatan , bahkan cecowetan bercakap-cakap !
Dari keterangan Akauw bahwa empat lima tahun yang lalu dia bertemu dengan Boan Ki sebagai manusia pertama yang di jumpainya , maka Yang Cien dapat menduga bahwa Akauw hidup sejak bayi diantara kera sampai berusia kurang lebih sepuluh tahun . Sungguh merupakan hal yang luar biasa sekali . Dan Yang Cien yang dekat dengan Akauw ini mulai berkenalan dengan kera-kera besar itu dan suka ikut bermain- main pula .
Kalau sedang melakukan latihan ilmu silat dengan Akauw , biarpun tingkat kepandaiannya jauh lebih tinggi , namun dia merasa betapa cepatnya gerakan pemuda yang kini di sebut sue ( adik seperguruan ) itu . Akauw juga di ajari untuk menyebut suheng ( kakak seperguruan ) kepadanya . Bahkan agak sukar baginya untuk mengalahkan Akauw saking cekatannya sutenya itu , kecuali kalau dia mengerahkan sin- kang , barulah dia mampu mengatasi tenaga otot adiknya itu .
Di samping ilmu silat , yang kebanyakan dilatih oleh Yang Cien , kakek Yang Kok It juga mengajari Akauw untuk menghimpun siu-lan ( bermeditasi ) . Akan tetapi , Akauw juga tidak sabar dengan latihan Samadhi itu , maka dia sukar memperoleh kemajuan dalam hal ini .
Tanpa terasa , mereka tinggal di dalam lembah itu selama lima tahun ! Dan tak pernah sekalipun ada orang yang melakukan pencarian sampai ke tempat itu . Mereka benar- benar hidup tentram dan penuh damai , akan tetapi juga terasing , tidak pernah bergaul dengan manusia lain .
Pada suati pagi , ketika Yang Cien dan Kauw Cu terbangun dari tidurnya , mereka terheran melihat kakek Yang Kok It masih belum bangun . Biasanya , kakek itu pagi-pagi sekali sudah bangun .
********
Bersambung Jilid 2 bagian ke 8